Minggu, 04 November 2012

TELEVISI DIGITAL

TELEVISI DIGITAL
OLEH
EKO RUDI SUTEJA
ENDRICO REFAN
HARKA DIENILLAH
2 IA 26
UNIVERSITAS GUNADARMA
2012



Televisi digital atau DTV adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal gambar, suara, dan data ke pesawat televisi. Televisi digital merupakan alat yang digunakan untuk menangkap siaran TV digital, perkembangan dari sistem siaran analog ke digital yang mengubah informasi menjadi sinyal digital berbentuk bit data seperti komputer.

Pendorong pengembangan televisi digital antara lain:
§  Perubahan lingkungan eksternal
§  Pasar televisi analog yang sudah jenuh
§  Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel
§  Perkembangan teknologi
§  Teknologi pemrosesan sinyal digital
§  Teknologi transmisi digital
§  Teknologi semikonduktor
§  Teknologi peralatan yang beresolusi tinggi

Keunggulan frekuensi TV digital
Siaran menggunakan sistem digital memiliki ketahanan terhadap gangguan dan mudah untuk diperbaiki kode digitalnya melalui kode koreksi error. Akibatnya adalah kualitas gambar dan suara yang jauh lebih akurat dan beresolusi tinggi dibandingkan siaran televisi analog. Selain itu siaran televisi digital dapat menggunakan daya yang rendah.
Transmisi pada TV Digital menggunakan lebar pita yang lebih efisien sehingga saluran dapat dipadatkan. Sistem penyiaran TV Digital menggunakan OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) merupakan teknik mudulasi untuk komunikasi wireless broadband dimasa yang akan datang karena tahan melawan frekuensi selective fading dan interferensi narrowband dan efisien menghadapi multi-path delay spread. Untuk mencapai hal tersebut, OFDM membagi aliran data high-rate mejadi aliran rate yang lebih rendah, yang kemudian dikirimkan secara bersama pada beberapa sub-carrier) yang bersifat kuat dalam lalu lintas yang padat. Transisi dari teknologi analog menuju teknologi digital memiliki konsekuensi berupa tersedianya saluran siaran televisi yang lebih banyak. Siaran berteknologi digital yang tidak memungkinkan adanya keterbatasan frekuensi menghasilkan saluran-saluran televisi baru.

Sistem pemancar TV digital

Terdapat tiga standar sistem pemancar televisi digital di dunia, yaitu televisi digital (DTV) di Amerika, penyiaran video digital terestrial (DVB-T) di Eropa, dan layanan penyiaran digital terestrial terintegrasi (ISDB-T) di Jepang. Semua standar sistem pemancar sistem digital berbasiskan sistem pengkodean OFDM dengan kode suara MPEG-2 untuk ISDB-T dan DTV serta MPEG-1 untuk DVB-T.
Frekuensi sistem penyiaran televisi digital dapat diterima menggunakan antena yang disebut televisi terestrial digital (DTT), kabel (TV kabel digital), dan piringan satelit. Alat serupa telepon selulerdigunakan terutama untuk menerima frekuensi televisi digital berformat DMB dan DVB-H. Siaran televisi digital juga dapat diterima menggunakan internet berkecepatan tinggi yang dikenal sebagai televisi protokol internet (IPTV).

Kualitas penyiaran TV digital

TV Digital memiliki hasil siaran dengan kualitas gambar dan warna yang jauh lebih baik dari yang dihasilkan televisi analog. Sistem televisi digital menghasilkan pengiriman gambar yang jernih dan stabil meski alat penerima siaran berada dalam kondisi bergerak dengan kecepatan tinggi. TV Digital memiliki kualitas siaran berakurasi dan resolusi tinggi. Teknologi digital memerlukankanal siaran dengan laju sangat tinggi mencapai Mbps untuk pengiriman informasi berkualitas tinggi.

Manfaat penyiaran TV digital
§  TV Digital digunakan untuk siaran interaktif. Masyarakat dapat membandingkan keunggulan kualitas siaran digital dengan siaran analog serta dapat berinteraksi dengan TV Digital.
§  Teknologi siaran digital menawarkan integrasi dengan layanan interaktif dimana TV Digital memiliki layanan komunikasi dua arah layaknya internet.
§  Siaran televisi digital terestrial dapat diterima oleh sistem penerimaan televisi tidak bergerak maupun sistem penerimaan televisi bergerak. Kebutuhan daya pancar televisi digital yang lebih kecil menyebabkan siaran dapat diterima dengan baik meski alat penerima siaran bergerak dalam kecepatan tinggi seperti di dalam mobil dan kereta.
§  TV Digital memungkinkan penyiaran saluran dan layanan yang lebih banyak daripada televisi analog. Penyelenggara siaran dapat menyiarkan program mereka secara digital dan memberi kesempatan terhadap peluang bisnis pertelevisian dengan konten yang lebih kreatif, menarik, dan bervariasi.

Perkembangan Televisi digital di Indonesia
TVRI telah melakukan peluncuran siaran televisi digital pertama kali di Indonesia pada 13 Agustus 2008. Pelaksanaan dalam skala yang lebih luas dan melibatkan televisi swasta dapat dilakukan di bulan Maret 2009 dan dipancarkan dari salah satu menara pemancar televisi di Joglo, Jakarta Barat. Sistem penyiaran digital di Indonesia mengadopsi sistem penyiaran video digital standar internasional (DVB) yang dikompresi memakai MPEG-2 dan dipancarkan secara terestrial (DVB-T) pada kanal UHF (di Jakarta di kanal 40, 42, 44 dan 46 UHF) serta berkonsep gratis untuk mengudara. Penerimaan sinyal digital mengharuskan pengguna di rumah untuk menambah kotak konverter hingga pada nantinya berlangsung produksi massal TV digital yang bisa menangkap siaran DVB-T tanpa perlu tambahan kotak konverter.
Selain siaran DVB-T untuk pengguna rumah, dilakukan uji coba siaran video digital berperangkat genggam (DVB-H). Siaran DVB-H menggunakan kanal 24 dan 26 UHF dan dapat diterima oleh perangkat genggam berupa telepon seluler khusus. Keutamaan DVB-H adalah sifat siaran yang kompatibel dengan layar telepon seluler, berteknologi khusus untuk menghemat baterai, dan tahan terhadap gangguan selama perangkat sedang bergerak. Jaringan DVB-H di Indonesia dipercayakan kepada jaringan Nokia-Siemens.
Departemen Komunikasi dan Informasi merencakan untuk mengeluarkan lisensi penyiaran digital pada akhir tahun 2009 bersamaan dengan penghentian pemberian izin untuk siaran televisi analog secara bertahap. Pemerintah telah menetapkan peserta yang mendapat izin frekuensi sementara untuk menyelenggarakan uji coba DVB-T dan DVB-H di Jakarta yaitu :
§  Untuk DVB-T
§  Lembaga Penyiaran Publik TVRI
§  Konsorsium TV Digital Indonesia (KTDI): SCTV, ANTV, TransTV, Trans7, TV One, Metro TV
§  Untuk DVB-H
§  Telkom Tbk (Telkomsel dan TELKOMVision)
§  STC
§  Mobily (didukung oleh TV grup Emtek: SCTV, Indosiar, O Channel)
§  Mobile-8 Telecom Tbk (didukung oleh TV grup MNC: RCTI, Global, TPI)

Mulai awal tahun 2012, Indonesia melalui Peraturan Menteri Kominfo No. 05 tahun 2012, mengadopsi standar penyiaran televisi digital terestrial Digital Video Broadcasting - Terrestrial second generation (DVB-T2) yang merupakan pengembangan dari standar digital DVB-T yang sebelumnya ditetapkan pada tahun 2007. Dalam hal ini, pemerintah berusaha untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat dan menganggapnya sebagai suatu peluang bagi pengembangan industri penyiaran nasional ke depan.
JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) telah mengumumkan hasil seleksi lembaga penyiaran televisi digital di Indonesia. Hasilnya, ada beberapa stasiun televisi yang bisa bersiaran di 5 zona yang telah ditentukan.

Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kemkominfo Gatot S Dewa Broto menjelaskan seharusnya pengumuman penyelenggara televisi digital tersebut sudah harus diumumkan pada 23 Juli yang lalu.
Namun karena Tim Seleksi LPPPM (Lembaga Penyiaran Penyelenggara Penyiaran Multipleksing) Kementerian Kominfo masih memerlukan waktu sekitar beberapa hari untuk evaluasi, maka tim seleksi meminta perpanjangan hingga 30 Juli 2012.




Berikut penyelenggara televisi digital di 5 zona:

1. Zona 4 (DKI Jakarta dan Banten)

No.
Nama Badan Hukum
Nama Sebutan di Udara
a.
PT Banten Sinat Dunia Televisi
BSTV
b.
PT Lativi Media Karya
TVOne
c.
PT Media Televisi Indonesia
Metro TV
d.
PT Surya Citra Televisi
SCTV
e.
PT Televisi Transformasi Indonesia
Trans TV

2. Zona 5 (Jawa Barat)
No.
Nama Badan Hukum
Nama Sebutan di Udara
a.
PT Cakrawala Andalas Televisi Bandung dan Bengkulu
ANTV Bandung
b.
PT Indosiar Bandung Televisi
Indosiar Bandung
c.
PT Media Televisi Bandung
Metro TV Jabar
d.
PT RCTI Satu
RCTI Network
e.
PT Trans TV Yogyakarta Bandung
Trans TV Bandung


3. Zona 6 (Jawa Tengah dan Yogyakarta)
No.
Nama Badan Hukum
Nama Sebutan di Udara
a.
PT GTV Dua
Global TV
b.
PT Indosiar Televisi Semarang
Indosiar Semarang
c.
PT Lativi Mediakarya Semarang-Padang
TVOne Semarang
d.
PT Media Televisi Semarang
Metro TV Jawa Tengah
e.
PT Trans TV Semarang  Makassar
Trans TV Semarang

4. Zona 7 (Jawa Timur)
No.
Nama Badan Hukum
Nama Sebutan di Udara
a.
PT Cakrawala Andalas Televisi
ANTV
b.
PT Global Informasi Bermutu
Global TV
c.
PT Media Televisi Indonesia
Metro TV
d.
PT Surya Citra Televisi
SCTV
e.
PT Televisi Transformasi Indonesia
Trans TV




5. Zona 15 (Kepulauan Riau)
No.
Nama Badan Hukum
Nama Sebutan di Udara
a.
PT RCTI Sepuluh
RCTI Network
b.
PT Surya Citra Pesona Media
SCTV Batam
c.
PT Trans TV Batam Kendari
Trans TV Batam









Piranti Penguat dan Penerima Sinyal
Definisi Penguat dan Penerima Sinyal HDTV
Menurut Wikipedia, HDTV (High Definition Television) atau Televisi Definisi Tinggi adalah sejenis sistem penyiaran televisi yang memiliki resolusi yang jauh lebih tinggi dibandingkan format-format resolusi biasa, yaitu NTSC, SECAM, dan PAL.
Jadi, definisi  penguat dan penerima sinyal HDTV adalah alat yang digunakan untuk memperkuat dan menerima tanda (isyarat) yang digunakan pada sistem penyiaran televisi yang memiliki resolusi yang jauh lebih tinggi dibandingkan format-format resolusi biasa.
1. Piranti Penguat dan Penerima Sinyal HDTV
Alat/piranti yang digunakan untuk memperkuat dan menerima sinyal HDTV yang digunakan saat ini adalah antena, kabel, dan satelit.
2. Antena
Untuk mendapatkan sinyal tanpa mempermasalahkan jarak antara lokasi stasiun pemancar dengan rumah (melalui udara), dibutuhkan antena yang akan menangkap sinyal pancaran. Antena tersebut dapat merupakan antena yang diletakkan di atap rumah atau di loteng. Jenis antena yang baik untuk digunakan adalah antena untuk sinyal digital, namun antena UHF/VHF dapat pula digunakan.

3. Kabel
Kabel yang digunakan untuk menangkap sinyal digital untuk HDTV adalah kabel serat optik. Kabel serat optik terbuat dari kaca yang dapat mentransmisikan sinar cahaya dari suatu tempat dan ke tempat lain dan mengubahnya menjadi energi listrik.
Proses transmisi yang dilakukan dalam sistem serat optik ternyata memiliki kelebihan-kelebihan yaitu karena menggunakan cahaya maka kapasitas informasi yang dapat dibawa sangat besar dibandingkan sistem komunikasi lainnya, ukuran kabelnya yang kecil dan ringan memudahkan pengangkutan pemasangan di lokasi yang diinginkan. Ketidak adanya interfensi atau kebalnya kabel serat optik ini terhadap gelombang lain akan memungkinkan kabel dipasang pada tegangan tinggi. Selain itu, penjagaan data yang ketat menyebabkan sulitnya informasi untuk dibajak kecuali timbulnya kerusakan pada fisik kabel, dan redaman transmisi yang kecil membuat sistem ini menggunakan repeater yang sedikit.
Karena gambar dan suara dapat ditransmisikan dengan baik dengan menggunakan kabel serat optik ini, maka kualitas gambar dan suara yang dapat ditampilkan pada layar televisi pun menjadi lebih baik sehingga kabel serat optik turut pula berpengaruh pada perkembangan HDTV
4. Satelit
Cara untuk mendapatkan sinyal digital untuk HDTV adalah dengan menggunakan satelit. Namun untuk menggunakan satelit untuk menangkap sinyal digital diperlukan berlangganan pada program TV berlangganan. Cara  kerjanya adalah:
  1. Receiver menerima pancaran data digital dalam format MPEG-2 terenkripsi
  2. Data masuk ke conditional access module, yang berisi algoritma pembuka enkripsi
  3. Conditional access module memeriksa smart card yang berisi otorisasi pelanggan
  4. Bila otorisasi diterima, conditional access module membuka data. Jika kode ditolak data tetap teracak/terenkripsi
  5. Receiver melakukan decoding data dan menampilkannya.
Gambar:

Satu set penerima, penguat, demodulator, dan decoder
5. Penguat
Gelombang yang diterima oleh penerima sinyal merupakan gelombng elektromagnetik yang lemah. Oleh karena itu, sebelum bisa diolah untuk proses selanjutnya perlu dikuatka terlebih dahulu. Gelombang yang diterima diperkuat oleh amplifier menjadi gelombang yang lebih kuat, gelombang hasil penguatan akan memiliki amplitude dan arus yang jauh lebih besar dari gelombang asal.
Perbandingan HDTV dengan SDTV

Perbandingan visual resolusi layar televisi

Resolusi gambar pada HDTV

Resolusi gambar pada SDTV
Kelebihan HDTV
1. Tidak ada kecacatan pada skrin TV akibat isyarat lemah atau sinyal lemah
2. Warna pada layar TV  lebih terlihat realistis karena lebar jalur yang lebih besar
Kelemahan HDTV
1. Biaya yang di keluarkan lebih besar dari SDTV
2. Pengguna HDTV terbatas karena faktor kecanggihan teknologi. Contoh TV yang menggunakan HDTV : Panasonic Viera Line Expands.
Piranti penguat dan penerima sinyal pada HDTV adalah antena, kabel, parabola, dan amplifier.
Ketiga piranti ini tidak digunakan berhubungan satu dengan yang lain karena masing-masing piranti memiliki cara kerja masing-masing.
Apabila menggunakan piranti berupa antena maka sinyal dapat diperoleh secara gratis sedangkan apabila memilih piranti berupa kabel atau satelit biasanya harus berlangganan pada suatu privider tertentu untuk mendapatkan mutu sinyal yang bagus dan akhirnya dapat di tampilkan pada layar HDTV.
Demodulator HDTV
Hight Definition Television atau HDTV menggunakan modulasi digital QPSK dalam transmisi pengiriman gambarnya.  QPSK atau quaternary atau quadriphase PSK atau 4-PSK, merupakan salah satu bentuk dari modulasi PSK(phase shift-keying), yang sering digunakan. PSK sendiri adalah salah satu jenis dari sinyal modulasi yang menyampaikan data dengan melihat perubahan fase (phase) dari gelombang yang ada.
PSK mempunyai dua cara fundamental dalam mengiterpretasikan data yang ada, yaitu :
Dengan melihat phase dari sinyal itu sendiri. Cara ini mengharuskan demodulator mempunyai referensi dari carrier yang digunakan, untuk dapat mengcompare sinyal yang masuk, sehingga bisa mendapatkan sinyal aslinya
Dengan melihat perubahan (changes) – Differential PSK (DPSK)- Cara ini mempunyai tingkat kesalahan yang lebih rendah dibandingkan dengan cara pertama
QPSK menggunakan 4 fase dalam penerapannya, yaitu, 0, π/2, π, 3π/2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar :

Selain itu, QPSK menggunakan gray coding, dalam system pengcodeannya. Hal ini jika dilihat pada gamabr di atas, maka dua symbol yang berdampinyang di bedakan oleh satu bit.  Sehingga  mempunyai tingkat kesalahan yang lebih rendah ketimbang PSK yang berbentuk simple -Binary PSK (BPSK)-, yang hanya menggunakan dua fase.
Demodulator pada QPSK dapat digambarkan sebagai berikut :

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sinyal QPSK yang masuk kemudian dipisahkan menjadi 2 sinyal yang berbeda, yang masing-masing mengiterpretasikan bit yang berbeda pula. Bit-bit ini biasa disebut dengan even bit dan odd bit. Even-bit menempati bit pertama pada sinyal asli.
Setelah sinyal QPSK diterima olehpenerima sinyal dan dikuatkan oleh amplifier (penguat), demodulator kemudian memisahkan sinyal tersebut menjadi dua seperti pada penjelasan sebelumnya.  Lalu setiap sinyal yang telah dipisahkan masuk kedalam decision device, yang akan memutuskan sinyal tersebut sesunguhnya mengiterpretasikan bit apa. Lalu hasil keluaran dari device-device tersebut kemudian digabungkan oleh multiplexer.
Bentuk decision device disini adalah mengcompare sinyal  yang masuk dengan carriernya. Sehingga didapatkan gelombang sinyal  aslinya. Caranya adalah jika sinyal asli tersebut ternyata berkebalikan dengan sinyal carriernya, maka sinyal tersebut mengalami pelemahan yang diartikan sebagai bit 0. Sedangkan untuk gelombang sinyal yang sama, maka akan mengalami penguatan, yang kemudian diartikan sebagai nilai 1.
Cara diatas cukup simple namun mempunyai tingkat kesalahan yang cukup tinggi. Oleh karena itu, digunakanlah system DPSK untuk menanggunglanginya. DPSK (Differential phase shift-keying), sebenarnya hanyalah salah satu dari bentuk code biasa. Namun bentuk sinyal modulasinya bukanlah bentuk code  biner biasa, tetapi code yang mencatat perubahan dari code biner tersebut. Sehingga pada demodulator menentukan perubahan dari fase sinyal yang masuk.
Decoder
Setelah didapatkan bit stream dari proses demodulasi, proses selanjutnya adalah decoding. Bit stream yang didapat merupakan data biner dari file video digital. Grand Alliance HDTV standard mengadopsi format video MPEG-2 standard sebagai format video dalam broadcasting HDTV. Salah satu format video yang biasa dipakai dalam HDTV adalah format video 1920x1088 pixel 30 frame per detik. Dibandingkan dengan Standard Digital Television(SDTV), Digital High Definition Television(HDTV) memiliki kualitas gambar dan suara yang jauh lebih baik dari SDTV, akan tetapi keuntungan yang didapat dari HDTV harus ditebus dengan kebutuhan bandwidth yang lebih besar dan kinerja decoder yang lebih tinggi. Bit stream dari sebuah HDTV per detiknya sekitar enam kali lipat dari pada SDTV. Oleh karena itu, decoder biasa yang dipakai dalam SDTV. Salah satu konsep decoder yang dipakai untuk memenuhi kebutuhuan kinerja decoder sebuah HDTV adalah konsep parallel decode processing. Pada decoder tipe ini digunakan lebih dari satu buah baseline decoder untuk memproses bit stream dari sebuah sumber. Konsepnya bisa dianalogikan dengan beberapa orang pekerja yang bersama-sama menyelesaikan sebuah pekerjaan. Sehingga diharapkan proses decoder akan berlangsung jauh lebih cepat dan dapat memenuhi kinerja yang dituntut oleh HDTV.
Implementasi  dari konsep parallel decoder processing yang banyak dipakai adalah dual decoder architecture. Skema sebuah dual decoder architecture HDTV dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Berikut penjelasan fungsi dan configurasi dari setiap unit pada skema diatas:
  1. Dua buah external memory digunakan untuk menyimpan anchor picture yang dihasilkan saat proses decoding. Ada dua buah anchor picture yang disimpan secara terpisah pada masing-masing modul external memory. External memory juga digunakan untuk menyimpan VBV(video buffer verified) selama proses. Synchronous Dynamic Read Only Memory (SDRAM) dapat digunakan sebagai external memory.
  2. External Memory Interface (EMIF) digunakan untuk pengaturan keluar masuk data dan akses ke atau keluar external memory. Selain itu EMIF juga berperan dalam pembagian data yang akan menuju madul memory pertama atau kedua.
  3. Micro-controller berperan sebagai pengatur parameter decoding, seperti  type dan alamat macroblock(MB) yang sedang diproses, atau mengkalkulasi actual motion vector. Tugas penting lainnya dari micro-controller adalah untuk mensinkronisasi kerja kedua buah baseline decoder dan untuk men-trigger proses IDCT(Inverse Discrete cosine transform) pada tiap-tiap baseline decoder.
  4. Variable-length decoder (VLD) berguna untuk mendecode variable-length pada macroblock header dan mengkuantisasi DCT(discrete cosine transform) koefisien.
  5. Dua buah baseline decoder dimana setiap baseline terdiri dari tiga unit fungsional, yaitu: IQ/IZZ(Inverse Quantization/Inverse Zigzag ordering), IDCT(Inverse DCT operation), dan MC(Motion Compensation).
Format MPEG-2 membagi data video kedalam macroblock, dimana setiap macroblock berderet sesuai dengan urutannya. Proses yang terjadi selama decoding meliputi: masuknya data pada bitstream FIFO, lalu masuk ke VLD buffer, pembacaan header dan endblock sign, serta proses decode header oleh VLD, IQ/IZZ, dan IDCT. Jika motion compensation diperlukan, maka MC akan berkerja setelah MB header selesai dibaca oleh VLD. Hasil dari IDCT dan MC akan digabungkan menjadi satu decoded data untuk kemudian disalurkan ke piranti display dan disimpan ke memory sebagai anchor picture untuk proses berikutnya.
Setiap macroblock pada format MPEG-2 akan diakhiri dengan symbol VLC EOB(end of block). Struktur ini digunakan oleh microcontroller untuk mengatur pembagian tugas dua buah baseline decoder. Setiap baseline akan men-decode data secara block per block. Dimana salah satu baseline akan mendecode block bernomor urut ganjil, sementara baseline lainnya mendecode data bernomor urut genap. Misalnya, VLC akan mengontrol DEMUX untuk mengalirkan bitstream ke baseline pertama hingga EOB terbaca. Bitstream selanjutnya setelah EOB terbaca akan disalurkan ke baseline kedua. Setelah EOB kembali terbaca oleh VLC bitstream akan kembali dialihkan ke baseline pertama. Begitu seterusnya selama proses decoding. Sehingga pada akhirnya akan membuat salah satu baseline memproses MB ganjil dan yang lainnya memproses MB genap.
Pada masing-masing baseline akan memproses bitstream yang diterimanya. VLD, IQ/IZZ,  IDCT dan MC Unit adalah unit yang akan melakukan proses decoding hingga akhirnya akan diperoleh data raw video yang dimengerti oleh display engine yaitu berupa data brightness dan warna (YCbCr) serta audio untuk speaker.
Berikut skema sederhana sebuah decoder MPEG-2:

Piranti penyajian Gambar
Setelah melalui sebuah receiver, tentunya sinyal yang sudah diolah memerlukan piranti penyajian. Piranti penyajian yang dimaksud di sini adalah televisi digital dalam hal ini HDTV.
HDTV dapat menampilkan gambar pada resolusi 480p, 720p, 1080i, dan 1080p. Namun pada umumnya siaran High Definition TV menggunakan resolusi 720 dan 1080. Transisi gambar pada HDTV biasanya berkisar antara 24, 30, dan 60 fps (frame per second).
Pada mode interlaced, transisi frame terbagi menjadi 2 kelompok garis-garis horizontal (field). TV dengan resolusi 1080i dan frame rate 60i berarti menggunakan mode transisi gambar interlaced, memiliki 1080 garis horizontal dan menghasilkan pergantian field sebanyak 60 kali tiap detiknya. Namun, setiap pergantian field hanya akan merubah 540 horizontal pada layar, sehingga untuk memperoleh pergantian gambar (frame) secara utuh memerlukan 2 kali pergantian field. Kelemahan pada mode transisi gambar semacam ini adalah pada saat menampilkan siaran yang berupa gambar-gambar yang cepat (seperti balap mobil) yang akan menyebabkan terjadinya pergeseran di antara kedua bagian tersebut yang mengakibatkan gambar akan tampak pecah-pecah (kabur).
Pada mode progresive, transisi frame dilakukan secara keseluruhan. TV dengan resolusi 1080p dan frame rate 60p berarti menggunakan transisi gambar progressive, memiliki 1080 garis horizontal dan menghasilkan pergantian frame sebanyak 60 kali tiap detiknya. Setiap pergantian frame akan menghasilkan 1080 perubahan garis pada layar, sehingga hanya memerlukan transisi frame satu kali untuk transisi gambar secara utuh. Pada mode transisi gambar semacam ini tidak akan ada masalah gambar terlihat kabur ketika gambar yang ditayangkan adalah gambar-gambar yang memerlukan pergantian frame secara cepat.
Ada 2 jenis televisi yang dikategorikan sebagai HDTV, yaitu LCD TV dan Plasma TV
Ukuran layar pada LCD TV bervariasi dari 12” sampai 42”, sedangkan ukuran layar pada plasma TV dari 32” sampai 61”.
Kekurangan pada LCD TV
  • Memiliki waktu tunda (delay) dalam menampilkan gambar, khususnya ketika gambar bergerak cepat pada layar, akan muncul bayangan pada gambar yang bergerak tersebut.
  • Panel pada LCD TV menggunakan sistem backlight yang berarti mengirim kembali cahaya yang diterima ke dalam warna yang dibutuhkan untuk gambar. Yang menjadi permasalahan layar LCD tidak dapat menghasilkan warna hitam, yang dihasilkan hanyalah warna abu-abu yang sangat gelap.
  • Kualitas gambar yang baik hanya diperoleh dalam sudut pandang (viewing angle) 400 sampai 900.
  • LCD TV yang berukuran di atas 35” dan yang mendukung fitur widescreen (aspect ratio 16:9) memilki harga yang mahal.
  • Karena fungsi aslinya yang digunakan untuk menampilkan gambar yang tidak bergerak (monitor komputer) maka kualitas gambar yang dihasilkan ketika digunakan untuk memutar video tidaklah maksimal.
Keunggulan pada LCD TV
  • Baik dalam menampilkan gambar yang tidak bergerak seperti sebagai monitor komputer.
  • Biaya operasional per jam yang murah.
  • Memilki masa pakai yang cukup lama (long life).
Kelemahan pada Plasma TV
  • Ketika layar dipakai untuk menampilkan gambar tidak bergerak dalam waktu yang cukup lama, ketika terjadi perubahan (menjadi gambar yang bergerak) akan ada bayangan gambar sebelumnya yang tertinggal.
  • Saat ini Plasma TV hanya tersedia pada ukuran di atas 37”, karena layar berukuran 32” sudah berhenti diproduksi.
  • Plasma TV keluaran terdahulu memiliki kontras yang kurang baik.
Keunggulan pada Plasma TV
  • Memiliki masa pakai yang lama
  • Memiliki sudut pandang yang bagus, mencapai 1600 tanpa mengurangi kualitas gambar.
  • Memilki tingkat brightness yang sangat besar, sehingga akan nyaman untuk dilihat.
  • Biaya operasional yang rendah
  • Tidak ada waktu tunda pada saat menampilkan gambar yang bergerak cepat.
  • Semua plasma TV memiliki fitur widescreen (sesuai ukuran gambar yang dihasilkan dari pembuatan film-film)
Perbandingan antara LCD dan Plasma TV
-  Plasma TV memiliki sudut pandang yang lebih lebar daripada LCD TV

- Plasma TV memiliki ukuran layar yang lebih besar daripada LCD TV


SUMBER : Dikutip dari beragam sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar