TELEVISI DIGITAL
OLEH
EKO RUDI SUTEJA
ENDRICO REFAN
HARKA DIENILLAH
2 IA 26
UNIVERSITAS GUNADARMA
2012
Televisi digital atau DTV adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi
untuk menyiarkan sinyal gambar, suara, dan data ke pesawat televisi. Televisi digital merupakan alat yang
digunakan untuk menangkap siaran TV digital, perkembangan dari sistem siaran
analog ke digital yang mengubah informasi menjadi sinyal digital
berbentuk bit data seperti komputer.
Pendorong
pengembangan televisi digital antara lain:
§ Perubahan lingkungan eksternal
§ Pasar televisi analog yang sudah jenuh
§ Perkembangan teknologi
§ Teknologi pemrosesan sinyal digital
§ Teknologi transmisi digital
§ Teknologi peralatan yang beresolusi tinggi
Keunggulan
frekuensi TV digital
Siaran menggunakan sistem digital
memiliki ketahanan terhadap gangguan dan mudah untuk diperbaiki kode digitalnya
melalui kode koreksi
error. Akibatnya adalah kualitas gambar dan suara yang jauh lebih akurat dan
beresolusi tinggi dibandingkan siaran televisi analog. Selain itu siaran
televisi digital dapat menggunakan daya yang
rendah.
Transmisi pada TV Digital menggunakan lebar pita yang lebih efisien
sehingga saluran dapat dipadatkan. Sistem penyiaran TV Digital menggunakan OFDM
(Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) merupakan teknik mudulasi untuk komunikasi wireless broadband dimasa yang
akan datang karena tahan melawan frekuensi selective fading dan interferensi
narrowband dan efisien menghadapi multi-path delay spread. Untuk mencapai hal
tersebut, OFDM membagi aliran data high-rate mejadi aliran rate yang lebih
rendah, yang kemudian dikirimkan secara bersama pada beberapa sub-carrier) yang bersifat kuat dalam lalu lintas yang padat. Transisi
dari teknologi analog menuju teknologi digital memiliki konsekuensi berupa
tersedianya saluran siaran televisi yang lebih banyak. Siaran berteknologi
digital yang tidak memungkinkan adanya keterbatasan frekuensi menghasilkan
saluran-saluran televisi baru.
Sistem pemancar TV digital
Terdapat tiga standar sistem pemancar
televisi digital di dunia, yaitu televisi digital (DTV) di Amerika, penyiaran video
digital terestrial (DVB-T) di Eropa, dan layanan
penyiaran digital terestrial terintegrasi (ISDB-T) di Jepang. Semua standar
sistem pemancar sistem digital berbasiskan sistem pengkodean OFDM dengan kode suara MPEG-2 untuk ISDB-T dan DTV
serta MPEG-1 untuk DVB-T.
Frekuensi sistem penyiaran televisi
digital dapat diterima menggunakan antena yang disebut televisi terestrial
digital (DTT), kabel (TV kabel digital), dan piringan satelit. Alat serupa telepon selulerdigunakan
terutama untuk menerima frekuensi televisi digital berformat DMB dan DVB-H.
Siaran televisi digital juga dapat diterima menggunakan internet berkecepatan tinggi
yang dikenal sebagai televisi protokol internet (IPTV).
Kualitas penyiaran TV digital
TV Digital memiliki hasil siaran dengan
kualitas gambar dan warna yang jauh lebih baik dari yang dihasilkan televisi
analog. Sistem televisi digital menghasilkan pengiriman gambar yang jernih dan
stabil meski alat penerima siaran berada dalam kondisi bergerak dengan
kecepatan tinggi. TV Digital memiliki kualitas siaran berakurasi dan resolusi tinggi. Teknologi digital memerlukankanal siaran dengan laju
sangat tinggi mencapai Mbps untuk pengiriman informasi berkualitas tinggi.
Manfaat penyiaran TV digital
§ TV Digital digunakan untuk siaran interaktif. Masyarakat
dapat membandingkan keunggulan kualitas siaran digital dengan siaran analog
serta dapat berinteraksi dengan TV Digital.
§ Teknologi siaran digital menawarkan integrasi dengan layanan
interaktif dimana TV Digital memiliki layanan komunikasi dua arah layaknya internet.
§ Siaran televisi digital terestrial dapat diterima oleh
sistem penerimaan televisi tidak bergerak maupun sistem penerimaan televisi
bergerak. Kebutuhan daya pancar televisi digital yang lebih kecil menyebabkan
siaran dapat diterima dengan baik meski alat penerima siaran bergerak dalam
kecepatan tinggi seperti di dalam mobil dan kereta.
§ TV Digital memungkinkan penyiaran saluran dan layanan yang
lebih banyak daripada televisi analog. Penyelenggara siaran dapat menyiarkan
program mereka secara digital dan memberi kesempatan terhadap peluang bisnis pertelevisian
dengan konten yang lebih kreatif, menarik, dan bervariasi.
Perkembangan Televisi digital di Indonesia
TVRI telah melakukan peluncuran siaran
televisi digital pertama kali di Indonesia pada 13 Agustus 2008. Pelaksanaan dalam skala yang lebih
luas dan melibatkan televisi swasta dapat dilakukan di bulan Maret 2009 dan dipancarkan dari
salah satu menara pemancar televisi di Joglo, Jakarta Barat. Sistem penyiaran
digital di Indonesia mengadopsi sistem penyiaran video digital standar
internasional (DVB) yang dikompresi memakai MPEG-2 dan dipancarkan secara
terestrial (DVB-T) pada kanal UHF (di Jakarta di kanal 40, 42, 44 dan 46 UHF)
serta berkonsep gratis untuk mengudara. Penerimaan sinyal digital mengharuskan
pengguna di rumah untuk menambah kotak konverter hingga pada nantinya
berlangsung produksi massal TV digital yang bisa menangkap siaran DVB-T tanpa
perlu tambahan kotak konverter.
Selain siaran DVB-T untuk pengguna rumah,
dilakukan uji coba siaran video digital berperangkat genggam (DVB-H). Siaran
DVB-H menggunakan kanal 24 dan 26 UHF dan dapat diterima oleh perangkat genggam
berupa telepon seluler khusus. Keutamaan
DVB-H adalah sifat siaran yang kompatibel dengan layar telepon seluler,
berteknologi khusus untuk menghemat baterai, dan tahan terhadap gangguan selama
perangkat sedang bergerak. Jaringan DVB-H di Indonesia dipercayakan kepada
jaringan Nokia-Siemens.
Departemen Komunikasi dan Informasi
merencakan untuk mengeluarkan lisensi penyiaran digital pada akhir tahun 2009
bersamaan dengan penghentian pemberian izin untuk siaran televisi analog secara
bertahap. Pemerintah telah menetapkan peserta yang mendapat izin frekuensi sementara
untuk menyelenggarakan uji coba DVB-T dan DVB-H di Jakarta yaitu :
§ Untuk DVB-T
§ Lembaga Penyiaran
Publik TVRI
§ Untuk DVB-H
§ STC
Mulai awal tahun 2012,
Indonesia melalui Peraturan Menteri Kominfo No. 05 tahun 2012, mengadopsi standar penyiaran televisi digital terestrial Digital Video Broadcasting - Terrestrial
second generation (DVB-T2) yang merupakan pengembangan dari standar digital DVB-T
yang sebelumnya ditetapkan pada tahun 2007. Dalam hal ini, pemerintah
berusaha untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang begitu
pesat dan menganggapnya sebagai suatu peluang bagi pengembangan industri
penyiaran nasional ke depan.
JAKARTA,
KOMPAS.com - Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemkominfo) telah mengumumkan hasil seleksi lembaga penyiaran
televisi digital di Indonesia. Hasilnya, ada beberapa stasiun televisi yang
bisa bersiaran di 5 zona yang telah ditentukan.
Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kemkominfo Gatot S Dewa Broto menjelaskan seharusnya pengumuman penyelenggara televisi digital tersebut sudah harus diumumkan pada 23 Juli yang lalu.
Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kemkominfo Gatot S Dewa Broto menjelaskan seharusnya pengumuman penyelenggara televisi digital tersebut sudah harus diumumkan pada 23 Juli yang lalu.
Namun
karena Tim Seleksi LPPPM (Lembaga Penyiaran Penyelenggara Penyiaran Multipleksing)
Kementerian Kominfo masih memerlukan waktu sekitar beberapa hari untuk
evaluasi, maka tim seleksi meminta perpanjangan hingga 30 Juli 2012.
Berikut
penyelenggara televisi digital di 5 zona:
1. Zona 4 (DKI Jakarta dan Banten)
1. Zona 4 (DKI Jakarta dan Banten)
No.
|
Nama
Badan Hukum
|
Nama
Sebutan di Udara
|
a.
|
PT Banten Sinat Dunia Televisi
|
BSTV
|
b.
|
PT Lativi Media Karya
|
TVOne
|
c.
|
PT Media Televisi Indonesia
|
Metro
TV
|
d.
|
PT Surya Citra Televisi
|
SCTV
|
e.
|
PT Televisi Transformasi Indonesia
|
Trans
TV
|
2. Zona 5 (Jawa Barat)
No.
|
Nama
Badan Hukum
|
Nama
Sebutan di Udara
|
a.
|
PT Cakrawala Andalas Televisi
Bandung dan Bengkulu
|
ANTV
Bandung
|
b.
|
PT Indosiar Bandung Televisi
|
Indosiar
Bandung
|
c.
|
PT Media Televisi Bandung
|
Metro
TV Jabar
|
d.
|
PT RCTI Satu
|
RCTI
Network
|
e.
|
PT Trans TV Yogyakarta Bandung
|
Trans
TV Bandung
|
3.
Zona 6 (Jawa Tengah dan Yogyakarta)
No.
|
Nama
Badan Hukum
|
Nama
Sebutan di Udara
|
a.
|
PT GTV Dua
|
Global
TV
|
b.
|
PT Indosiar Televisi Semarang
|
Indosiar
Semarang
|
c.
|
PT Lativi Mediakarya
Semarang-Padang
|
TVOne
Semarang
|
d.
|
PT Media Televisi Semarang
|
Metro
TV Jawa Tengah
|
e.
|
PT Trans TV Semarang
Makassar
|
Trans
TV Semarang
|
4. Zona 7 (Jawa Timur)
No.
|
Nama
Badan Hukum
|
Nama
Sebutan di Udara
|
a.
|
PT Cakrawala Andalas Televisi
|
ANTV
|
b.
|
PT Global Informasi Bermutu
|
Global
TV
|
c.
|
PT Media Televisi Indonesia
|
Metro
TV
|
d.
|
PT Surya Citra Televisi
|
SCTV
|
e.
|
PT Televisi Transformasi Indonesia
|
Trans
TV
|
5.
Zona 15 (Kepulauan Riau)
No.
|
Nama
Badan Hukum
|
Nama
Sebutan di Udara
|
a.
|
PT RCTI Sepuluh
|
RCTI
Network
|
b.
|
PT Surya Citra Pesona Media
|
SCTV
Batam
|
c.
|
PT Trans TV Batam Kendari
|
Trans
TV Batam
|
Piranti Penguat dan Penerima Sinyal
Definisi Penguat dan Penerima Sinyal HDTV
Menurut Wikipedia, HDTV (High Definition Television) atau
Televisi Definisi Tinggi adalah sejenis sistem penyiaran televisi yang memiliki
resolusi yang jauh lebih tinggi dibandingkan format-format resolusi biasa,
yaitu NTSC, SECAM, dan PAL.
Jadi, definisi penguat dan penerima sinyal HDTV adalah
alat yang digunakan untuk memperkuat dan menerima tanda (isyarat) yang
digunakan pada sistem penyiaran televisi yang memiliki resolusi yang jauh lebih
tinggi dibandingkan format-format resolusi biasa.
1. Piranti Penguat dan Penerima Sinyal HDTV
Alat/piranti yang digunakan untuk memperkuat dan menerima
sinyal HDTV yang digunakan saat ini adalah antena, kabel, dan satelit.
2. Antena
Untuk mendapatkan sinyal tanpa mempermasalahkan jarak antara
lokasi stasiun pemancar dengan rumah (melalui udara), dibutuhkan antena yang
akan menangkap sinyal pancaran. Antena tersebut dapat merupakan antena yang
diletakkan di atap rumah atau di loteng. Jenis antena yang baik untuk digunakan
adalah antena untuk sinyal digital, namun antena UHF/VHF dapat pula digunakan.
3. Kabel
Kabel yang digunakan untuk menangkap sinyal digital untuk
HDTV adalah kabel serat optik. Kabel serat optik terbuat dari kaca yang dapat
mentransmisikan sinar cahaya dari suatu tempat dan ke tempat lain dan
mengubahnya menjadi energi listrik.
Proses transmisi yang dilakukan dalam sistem serat optik
ternyata memiliki kelebihan-kelebihan yaitu karena menggunakan cahaya maka
kapasitas informasi yang dapat dibawa sangat besar dibandingkan sistem
komunikasi lainnya, ukuran kabelnya yang kecil dan ringan memudahkan
pengangkutan pemasangan di lokasi yang diinginkan. Ketidak adanya interfensi
atau kebalnya kabel serat optik ini terhadap gelombang lain akan memungkinkan
kabel dipasang pada tegangan tinggi. Selain itu, penjagaan data yang ketat
menyebabkan sulitnya informasi untuk dibajak kecuali timbulnya kerusakan pada
fisik kabel, dan redaman transmisi yang kecil membuat sistem ini menggunakan
repeater yang sedikit.
Karena gambar dan suara dapat ditransmisikan dengan baik
dengan menggunakan kabel serat optik ini, maka kualitas gambar dan suara yang
dapat ditampilkan pada layar televisi pun menjadi lebih baik sehingga kabel
serat optik turut pula berpengaruh pada perkembangan HDTV
4. Satelit
Cara untuk mendapatkan sinyal digital untuk HDTV adalah
dengan menggunakan satelit. Namun untuk menggunakan satelit untuk menangkap
sinyal digital diperlukan berlangganan pada program TV berlangganan. Cara
kerjanya adalah:
- Receiver menerima pancaran data digital dalam format MPEG-2 terenkripsi
- Data masuk ke conditional access module, yang berisi algoritma pembuka enkripsi
- Conditional access module memeriksa smart card yang berisi otorisasi pelanggan
- Bila otorisasi diterima, conditional access module membuka data. Jika kode ditolak data tetap teracak/terenkripsi
- Receiver melakukan decoding data dan menampilkannya.
Gambar:
Satu
set penerima, penguat, demodulator, dan decoder
5. Penguat
Gelombang yang diterima oleh penerima sinyal merupakan
gelombng elektromagnetik yang lemah. Oleh karena itu, sebelum bisa diolah untuk
proses selanjutnya perlu dikuatka terlebih dahulu. Gelombang yang diterima diperkuat
oleh amplifier menjadi gelombang yang lebih kuat, gelombang hasil penguatan
akan memiliki amplitude dan arus yang jauh lebih besar dari gelombang asal.
Perbandingan HDTV dengan SDTV
Perbandingan visual resolusi layar televisi
Resolusi
gambar pada HDTV
Resolusi
gambar pada SDTV
Kelebihan HDTV
1. Tidak ada kecacatan pada skrin TV akibat isyarat lemah
atau sinyal lemah
2. Warna pada layar TV lebih terlihat realistis karena
lebar jalur yang lebih besar
Kelemahan HDTV
1. Biaya yang di keluarkan lebih besar dari SDTV
2. Pengguna HDTV terbatas karena faktor kecanggihan
teknologi. Contoh TV yang menggunakan HDTV : Panasonic Viera Line Expands.
Piranti penguat dan penerima sinyal pada HDTV adalah antena,
kabel, parabola, dan amplifier.
Ketiga piranti ini tidak digunakan berhubungan satu dengan
yang lain karena masing-masing piranti memiliki cara kerja masing-masing.
Apabila menggunakan piranti berupa antena maka sinyal dapat
diperoleh secara gratis sedangkan apabila memilih piranti berupa kabel atau
satelit biasanya harus berlangganan pada suatu privider tertentu untuk
mendapatkan mutu sinyal yang bagus dan akhirnya dapat di tampilkan pada layar
HDTV.
Demodulator HDTV
Hight Definition Television atau HDTV menggunakan modulasi
digital QPSK dalam transmisi pengiriman gambarnya. QPSK atau quaternary
atau quadriphase PSK atau 4-PSK, merupakan salah satu bentuk dari modulasi
PSK(phase shift-keying), yang sering digunakan. PSK sendiri adalah salah satu
jenis dari sinyal modulasi yang menyampaikan data dengan melihat perubahan fase
(phase) dari gelombang yang ada.
PSK mempunyai dua cara fundamental dalam mengiterpretasikan
data yang ada, yaitu :
Dengan melihat phase dari sinyal itu sendiri. Cara ini
mengharuskan demodulator mempunyai referensi dari carrier yang digunakan, untuk
dapat mengcompare sinyal yang masuk, sehingga bisa mendapatkan sinyal aslinya
Dengan melihat perubahan (changes) – Differential PSK
(DPSK)- Cara ini mempunyai tingkat kesalahan yang lebih rendah dibandingkan
dengan cara pertama
QPSK menggunakan 4 fase dalam penerapannya, yaitu, 0, π/2,
Ï€, 3Ï€/2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar :
Selain itu, QPSK menggunakan gray coding, dalam system
pengcodeannya. Hal ini jika dilihat pada gamabr di atas, maka dua symbol yang
berdampinyang di bedakan oleh satu bit. Sehingga mempunyai tingkat
kesalahan yang lebih rendah ketimbang PSK yang berbentuk simple -Binary PSK
(BPSK)-, yang hanya menggunakan dua fase.
Demodulator pada QPSK dapat digambarkan sebagai berikut :
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sinyal QPSK yang
masuk kemudian dipisahkan menjadi 2 sinyal yang berbeda, yang masing-masing
mengiterpretasikan bit yang berbeda pula. Bit-bit ini biasa disebut dengan even
bit dan odd bit. Even-bit menempati bit pertama pada sinyal asli.
Setelah sinyal QPSK diterima olehpenerima sinyal dan
dikuatkan oleh amplifier (penguat), demodulator kemudian memisahkan sinyal
tersebut menjadi dua seperti pada penjelasan sebelumnya. Lalu setiap
sinyal yang telah dipisahkan masuk kedalam decision device, yang akan
memutuskan sinyal tersebut sesunguhnya mengiterpretasikan bit apa. Lalu hasil
keluaran dari device-device tersebut kemudian digabungkan oleh multiplexer.
Bentuk decision device disini adalah mengcompare
sinyal yang masuk dengan carriernya. Sehingga didapatkan gelombang
sinyal aslinya. Caranya adalah jika sinyal asli tersebut ternyata
berkebalikan dengan sinyal carriernya, maka sinyal tersebut mengalami pelemahan
yang diartikan sebagai bit 0. Sedangkan untuk gelombang sinyal yang sama, maka
akan mengalami penguatan, yang kemudian diartikan sebagai nilai 1.
Cara diatas cukup simple namun mempunyai tingkat kesalahan
yang cukup tinggi. Oleh karena itu, digunakanlah system DPSK untuk
menanggunglanginya. DPSK (Differential phase shift-keying), sebenarnya hanyalah
salah satu dari bentuk code biasa. Namun bentuk sinyal modulasinya bukanlah
bentuk code biner biasa, tetapi code yang mencatat perubahan dari code
biner tersebut. Sehingga pada demodulator menentukan perubahan dari fase sinyal
yang masuk.
Decoder
Setelah didapatkan bit stream dari proses demodulasi, proses
selanjutnya adalah decoding. Bit stream yang didapat merupakan data biner dari
file video digital. Grand Alliance HDTV standard mengadopsi format video MPEG-2
standard sebagai format video dalam broadcasting HDTV. Salah satu format video
yang biasa dipakai dalam HDTV adalah format video 1920x1088 pixel 30 frame per
detik. Dibandingkan dengan Standard Digital Television(SDTV), Digital High
Definition Television(HDTV) memiliki kualitas gambar dan suara yang jauh lebih
baik dari SDTV, akan tetapi keuntungan yang didapat dari HDTV harus ditebus
dengan kebutuhan bandwidth yang lebih besar dan kinerja decoder yang lebih
tinggi. Bit stream dari sebuah HDTV per detiknya sekitar enam kali lipat dari
pada SDTV. Oleh karena itu, decoder biasa yang dipakai dalam SDTV. Salah satu
konsep decoder yang dipakai untuk memenuhi kebutuhuan kinerja decoder sebuah
HDTV adalah konsep parallel decode processing. Pada decoder tipe ini digunakan
lebih dari satu buah baseline decoder untuk memproses bit stream dari sebuah
sumber. Konsepnya bisa dianalogikan dengan beberapa orang pekerja yang
bersama-sama menyelesaikan sebuah pekerjaan. Sehingga diharapkan proses decoder
akan berlangsung jauh lebih cepat dan dapat memenuhi kinerja yang dituntut oleh
HDTV.
Implementasi dari konsep parallel decoder processing
yang banyak dipakai adalah dual decoder architecture. Skema sebuah dual decoder
architecture HDTV dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Berikut penjelasan fungsi dan configurasi dari setiap unit
pada skema diatas:
- Dua buah external memory digunakan untuk menyimpan anchor picture yang dihasilkan saat proses decoding. Ada dua buah anchor picture yang disimpan secara terpisah pada masing-masing modul external memory. External memory juga digunakan untuk menyimpan VBV(video buffer verified) selama proses. Synchronous Dynamic Read Only Memory (SDRAM) dapat digunakan sebagai external memory.
- External Memory Interface (EMIF) digunakan untuk pengaturan keluar masuk data dan akses ke atau keluar external memory. Selain itu EMIF juga berperan dalam pembagian data yang akan menuju madul memory pertama atau kedua.
- Micro-controller berperan sebagai pengatur parameter decoding, seperti type dan alamat macroblock(MB) yang sedang diproses, atau mengkalkulasi actual motion vector. Tugas penting lainnya dari micro-controller adalah untuk mensinkronisasi kerja kedua buah baseline decoder dan untuk men-trigger proses IDCT(Inverse Discrete cosine transform) pada tiap-tiap baseline decoder.
- Variable-length decoder (VLD) berguna untuk mendecode variable-length pada macroblock header dan mengkuantisasi DCT(discrete cosine transform) koefisien.
- Dua buah baseline decoder dimana setiap baseline terdiri dari tiga unit fungsional, yaitu: IQ/IZZ(Inverse Quantization/Inverse Zigzag ordering), IDCT(Inverse DCT operation), dan MC(Motion Compensation).
Format MPEG-2 membagi data video kedalam macroblock, dimana
setiap macroblock berderet sesuai dengan urutannya. Proses yang terjadi selama
decoding meliputi: masuknya data pada bitstream FIFO, lalu masuk ke VLD buffer,
pembacaan header dan endblock sign, serta proses decode header oleh VLD,
IQ/IZZ, dan IDCT. Jika motion compensation diperlukan, maka MC akan berkerja
setelah MB header selesai dibaca oleh VLD. Hasil dari IDCT dan MC akan
digabungkan menjadi satu decoded data untuk kemudian disalurkan ke piranti
display dan disimpan ke memory sebagai anchor picture untuk proses berikutnya.
Setiap macroblock pada format MPEG-2 akan diakhiri dengan
symbol VLC EOB(end of block). Struktur ini digunakan oleh microcontroller untuk
mengatur pembagian tugas dua buah baseline decoder. Setiap baseline akan
men-decode data secara block per block. Dimana salah satu baseline akan
mendecode block bernomor urut ganjil, sementara baseline lainnya mendecode data
bernomor urut genap. Misalnya, VLC akan mengontrol DEMUX untuk mengalirkan
bitstream ke baseline pertama hingga EOB terbaca. Bitstream selanjutnya setelah
EOB terbaca akan disalurkan ke baseline kedua. Setelah EOB kembali terbaca oleh
VLC bitstream akan kembali dialihkan ke baseline pertama. Begitu seterusnya
selama proses decoding. Sehingga pada akhirnya akan membuat salah satu baseline
memproses MB ganjil dan yang lainnya memproses MB genap.
Pada masing-masing baseline akan memproses bitstream yang
diterimanya. VLD, IQ/IZZ, IDCT dan MC Unit adalah unit yang akan
melakukan proses decoding hingga akhirnya akan diperoleh data raw video yang
dimengerti oleh display engine yaitu berupa data brightness dan warna (YCbCr)
serta audio untuk speaker.
Berikut skema sederhana sebuah decoder MPEG-2:
Piranti penyajian Gambar
Setelah melalui sebuah receiver, tentunya sinyal yang sudah
diolah memerlukan piranti penyajian. Piranti penyajian yang dimaksud di sini
adalah televisi digital dalam hal ini HDTV.
HDTV dapat menampilkan gambar pada resolusi 480p, 720p,
1080i, dan 1080p. Namun pada umumnya siaran High Definition TV menggunakan
resolusi 720 dan 1080. Transisi gambar pada HDTV biasanya berkisar antara 24,
30, dan 60 fps (frame per second).
Pada mode interlaced, transisi frame terbagi menjadi 2
kelompok garis-garis horizontal (field). TV dengan resolusi 1080i dan frame
rate 60i berarti menggunakan mode transisi gambar interlaced, memiliki 1080
garis horizontal dan menghasilkan pergantian field sebanyak 60 kali tiap
detiknya. Namun, setiap pergantian field hanya akan merubah 540 horizontal pada
layar, sehingga untuk memperoleh pergantian gambar (frame) secara utuh
memerlukan 2 kali pergantian field. Kelemahan pada mode transisi gambar semacam
ini adalah pada saat menampilkan siaran yang berupa gambar-gambar yang cepat
(seperti balap mobil) yang akan menyebabkan terjadinya pergeseran di antara
kedua bagian tersebut yang mengakibatkan gambar akan tampak pecah-pecah
(kabur).
Pada mode progresive, transisi frame dilakukan secara
keseluruhan. TV dengan resolusi 1080p dan frame rate 60p berarti menggunakan
transisi gambar progressive, memiliki 1080 garis horizontal dan menghasilkan
pergantian frame sebanyak 60 kali tiap detiknya. Setiap pergantian frame akan
menghasilkan 1080 perubahan garis pada layar, sehingga hanya memerlukan
transisi frame satu kali untuk transisi gambar secara utuh. Pada mode transisi
gambar semacam ini tidak akan ada masalah gambar terlihat kabur ketika gambar
yang ditayangkan adalah gambar-gambar yang memerlukan pergantian frame secara
cepat.
Ada 2 jenis televisi yang dikategorikan sebagai HDTV, yaitu
LCD TV dan Plasma TV
Ukuran layar pada LCD TV bervariasi dari 12” sampai 42”,
sedangkan ukuran layar pada plasma TV dari 32” sampai 61”.
Kekurangan pada LCD TV
- Memiliki waktu tunda (delay) dalam menampilkan gambar, khususnya ketika gambar bergerak cepat pada layar, akan muncul bayangan pada gambar yang bergerak tersebut.
- Panel pada LCD TV menggunakan sistem backlight yang berarti mengirim kembali cahaya yang diterima ke dalam warna yang dibutuhkan untuk gambar. Yang menjadi permasalahan layar LCD tidak dapat menghasilkan warna hitam, yang dihasilkan hanyalah warna abu-abu yang sangat gelap.
- Kualitas gambar yang baik hanya diperoleh dalam sudut pandang (viewing angle) 400 sampai 900.
- LCD TV yang berukuran di atas 35” dan yang mendukung fitur widescreen (aspect ratio 16:9) memilki harga yang mahal.
- Karena fungsi aslinya yang digunakan untuk menampilkan gambar yang tidak bergerak (monitor komputer) maka kualitas gambar yang dihasilkan ketika digunakan untuk memutar video tidaklah maksimal.
Keunggulan pada LCD TV
- Baik dalam menampilkan gambar yang tidak bergerak seperti sebagai monitor komputer.
- Biaya operasional per jam yang murah.
- Memilki masa pakai yang cukup lama (long life).
Kelemahan pada Plasma TV
- Ketika layar dipakai untuk menampilkan gambar tidak bergerak dalam waktu yang cukup lama, ketika terjadi perubahan (menjadi gambar yang bergerak) akan ada bayangan gambar sebelumnya yang tertinggal.
- Saat ini Plasma TV hanya tersedia pada ukuran di atas 37”, karena layar berukuran 32” sudah berhenti diproduksi.
- Plasma TV keluaran terdahulu memiliki kontras yang kurang baik.
Keunggulan pada Plasma TV
- Memiliki masa pakai yang lama
- Memiliki sudut pandang yang bagus, mencapai 1600 tanpa mengurangi kualitas gambar.
- Memilki tingkat brightness yang sangat besar, sehingga akan nyaman untuk dilihat.
- Biaya operasional yang rendah
- Tidak ada waktu tunda pada saat menampilkan gambar yang bergerak cepat.
- Semua plasma TV memiliki fitur widescreen (sesuai ukuran gambar yang dihasilkan dari pembuatan film-film)
Perbandingan antara LCD dan Plasma TV
- Plasma TV memiliki sudut pandang yang lebih lebar
daripada LCD TV
- Plasma TV memiliki ukuran layar yang lebih besar daripada
LCD TV
SUMBER : Dikutip dari beragam sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar